Oleh :Nur Hidayat, M.Pd.
Team Teaching MI. Nurul Hidayah Tembokrejo Kota Pasuruan Jawa Timur.
Latar belakang
Dalam benak penulis mengapa pendidikan di negeri ini masih mengalami keterpurukan seperti apriori orang awam yaitu : “tambah canggih ilmu kedokteran maka tambah bermacam - macam pula jenis penyakit”. Apabila pendidikan dianalogikan sebagai tubuh manusia maka seluruh anggota tubus mengalami sakit yang sangat kroni. Dari mana dan apa yang harus kita lakukan ?
Kekerasan sudah sedemikian merajalela. Bahkan, kekerasan telah merambah dunia pendidikan.Ironis dengan dunia pendidikan yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral, peradaban, dan ilmu pengetahuan.Makadari itu, perluuntuk pengkajian secara mendalam tentang kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Dalam kajian kali ini adalah upaya untuk mengkaji kekerasan yang telah merambah dunia pendidikan. Mari kita mencoba memetakan kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan melalui pencatatan kasus-kasus yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Kasus kasus kekerasan
Kasus-kasus yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia banyak disebutkan dalam berbagai media informasi.Kondisi internal pendidikan yang mempengaruhi terjadinya tindak kekerasan. Kondisi internal yang dijelaskan meliputi kebijakan pemerintah, infrastruktur penunjang pendidikan, kondisi guru yang meliputi jumlah guru, kualitas guru, dan kesejahteraan guru, dan kondisi anak sekolah. Selain mencoba mengkaji kondisi internal pendidikan, kita juga mengkaji kondisi eksternal pendidikan yang merupakan kondisi non-pendidikan yang menjadi faktor tidak langsung bagi timbulnya potensi kekerasan dalam pendidikan. Kondisi eksternal ini terutama tampak dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat di mana pelaku pendidikan berada di dalamnya. Masalah dalam kehidupan sosial yang saat ini menjadi perhatian utama masyarakat adalah narkoba, tayangan kekerasan dalam TV dan media massa, pornografidan porno aksi, miras, pergaulan bebas serta tindak kriminal. Masalah-masalah sosial tersebut langsung atau tidak langsung tetap melibatkan pelaku yang terkait dengan simbol dan citra pendidikan.
Kekerasan akan muncul kepermukaan jika ada pemicu dan akan mereda ketika ditemukan solusi atasnya. Pemicu dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu internal dan eksternal. Pemicu internal dapatmunculdarikorbanataupelaku.Pemicueksternalmunculdariluardiri, misalnyapadakasus-kasus pelanggaran terhadap aturan, penggelapan dana, tidak demokratis, dan lain sebagainya. Tiap kasus kekerasan yang muncul harus segera di tempuh penyelesaian atau alternative solusi yang disepakati oleh pihak-pihak yang terkait sehingga kekerasan tidak terjadi berlarut-larut atau menimbulkan kekerasan susulan.Tentunya mencegah lebih baik daripada mengobati. Maka pencegahan adalah hal utama yang harus dilakukan agar kekerasan tidak terjadi.
Konsep pendidikan tanpa kekerasan
Dalam kajian ini penulis menawarkan konsep pendidikan tanpa kekerasan. Konsep pendidikan yang ditawarkan didasarkan pada prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia, liberalism, dan demokrasi. Materi dan metode yang ditawarkan untuk menerapkan konsep pendidikan tanpa kekerasan. Model-model pembelajaran damai juga Perspektif pendidikan islam tentunya didasarkan pada Al Quran dan Hadist yang mana keduanya merupakan pedoman hidup bagi muslim. Model metode pembelajaran yang disampaikan oleh Al Quran dan Hadist adalah sebagai berikut:
1. Metode amaliyah atau praktek
2. Metode ama rma’aruf nahimunkar
3. Metode hiwar atau tanya jawab
7. Metode rihlah ilmiyah atau eksplorasi dan penemuan
8. Metode tarhib watarghib atau harapan dan ancaman.
Al Quran maupun Hadist sebagai pedoman hidup bagi muslim juga mengajak kepada perilaku kasih sayang, santun, dan perdamaian seraya menjauhkan diri dari perbuatan kekerasan dan permusuhan. Hal ini menjadi kode etik yang harus dipegang teguh oleh pelaku pendidikan seperti guru dan murid. Buku ini juga menyampaikan penjelasan Al Ghazali tentang etika guru terhadap murid.
Penerapan Pendidikan tanpa kekerasan
Langkah kongkrit menerapkan pendidikan tanpa kekerasan ini mendesak untuk dilakukan agar bangsa yang multi-etnis, multi-agama, bahasa, ras, jenis kelamin, keturunan, status sosial dan bentuk-bentuk kemajemukan lainnya ini dapat menerapkan learning to live together dan duduk berdampingan saling menghargai perbedaan, rukun, serta saling bergandengan tangan menuju perdamaian dan kemakmuran bangsa yang berkeadilan.
Kebijakan yang seharusnya ditempuh oleh pemerintah dalam hal ini masih kurang. Padahal, pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan yang manake putusan-keputusan penting dalam bidang pendidikan berada di sana. Pemerintah sudah seharusnya mengubah kebijakan dalam bidang pendidikan. Secara tidak langsung pemerintah juga turut andil terhadap kekerasan yang terjadi dalam bidang pendidikan.
Hal ini harus diperhatikan oleh para penyelenggara pendidikan terutama guru karena di dalamnya dijabarkan metode-metode pendidikan tanpa kekerasan. Guru dapat memilih metode yang diberikanya itu metode yang berasal dari barat atau pun metode yang telah ditawarkan oleh islam yang berdasarkan Al Quran danHadist. Bagi penyelenggara pendidikan islam akan lebih baik bila metode yang diterapkan adalah metode yang berdasarkan Al Quran dan Hadist karena sebagaimana diketahui bahwa Al Quran dan Hadist adalah pedoman hidup bagi seorang muslim.
125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nyadan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Berdasarkan dari berbagai kajian penulis melalui Sirah Nabawiyah dan Assunnah dan beberapa referensi Islam diantaranya menurut DR. M. Nur Abdul Hafizh Suwaid (2010) dalam bukunya “ Prophetic Parenting (cara Nabi Mendidik anak) bahwa pendidikan bagi anak bermula dari ketika orangtua menikah. Kemudian hubungan kedua orangtua, kesholihan mereka dan kesepakatan mereka dalam melakukan kebajikan, mempengaruhi secara psikis dan kecendrungan bagi anak.
Karakter pendidik yang sukses
Menurut DR. M. Nur Abdul Hafizh Suwaid (2010) dalam bukunya “ Prophetic Parenting (cara Nabi Mendidik anak )Ada karakter yang mendasar yang apabila seorang pengajar memilikinya maka akan banyak membantu dalam aktivitas pendidikan. Karakter tersebut adalalah :
1. Tenang dan tidak terburu –buru
2. Lembut tidak kasar
3. Hati yang penyayang
4. Memilih yang termudah selama bukan termasuk dosa
5. Toleransi ( membuat seribu alasan untuk memaklumi seseorang )
6. Menjauhkan diri dari marah
7. Seimbang dan proporsional
8. Selingan dalam memberi nasehat.
Penutup
Sebagai penutup, saya selalu berdoa kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, agar kita selalu dalam ampunanya. Selanjutnya semoga dalam kajian yang singkat ini dapat menyadarkan kaum pendidik bahwa ada metode pendidikan yang tanpa kekerasan yang lansung mengambil dari petunjuk Nabi melalui sunnah beliau yang suci.
“Mata air Assunnah selalu memancar, tidak akan pernah kering dan memberikan minum kepada semua orang yang datang dari danau kenabian walaupun yang datang semua penduduk bumi.” Wassalam...
Daftar pustaka:
Al haramain, Khadim (1971) Al- Quran dan terjemah, jakarta
Assiggaf, Abdurahman, ( 2004 ) Pendidikan tanpa kekerasan, Tiara Wacana, Yogyakarta.
Suwaid, Nur Abdul Hafizh DR. M (2010) dalam bukunya “ Prophetic Parenting
( cara Nabi Mendidik anak ) Yogyakarta.
Pasuruan, 08 Juni 2011
0 Comments